TIMES KUDUS, JAKARTA – Ahmad Basarah, Ketua DPP PDI Perjuangan yang juga Wakil Ketua MPR, mengungkapkan rasa kesedihannya saat melihat Ade Armando menyerang PDI Perjuangan di media sosial.

Dia mengingatkan bahwa ketika Ade Armando mengalami persekusi pada 11 April 2022, PDI Perjuangan dan dirinya sendiri dengan tegas membela Ade Armando. Hal ini terlihat dari pernyataan resmi yang dikeluarkan dan dimuat di berbagai media nasional saat itu.

"Saat saya dan PDI Perjuangan membela Ade Armando, itu adalah tindakan moral dan solidaritas kepada rekan sesama pejuang nasional. Kami ingin menyampaikan kepada publik bahwa Ade Armando tidak berjuang sendirian dalam menghadapi persekusi, apa pun alasannya. Namun, sekarang, reaksi yang kami terima justru sebaliknya," ungkap Ahmad Basarah di Jakarta, Sabtu (7/10/23).

Ade Armando pernah menjadi korban serangan dan hampir dilecehkan seluruh pakaiannya selama aksi demonstrasi pada 11 April 2022 di Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Dia mengalami cedera serius dan harus dirawat di rumah sakit selama lebih dari sebulan. Enam pelaku serangan tersebut kemudian diadili, dan Mahkamah Agung (MA) memutuskan untuk meningkatkan hukuman mereka menjadi satu tahun penjara, dari sebelumnya delapan bulan. Hakim menyatakan mereka bersalah secara sah dan meyakinkan melakukan tindakan kriminal di depan umum.

Menurut Ahmad Basarah, ketika Ade Armando mengalami persekusi, dia merasa bingung bagaimana masyarakat Indonesia, yang terkenal dengan sopan santun dan nilai-nilai budaya timurnya, bisa melakukan serangan yang tidak manusiawi hanya karena perbedaan pandangan dan sikap.

"Kekerasan yang dialami oleh Ade Armando adalah sesuatu yang tidak bisa dibenarkan dalam ajaran agama apa pun. Untuk itulah, kami melakukan advokasi politik untuk melawan kekerasan yang diterima oleh rekan kami, sesama pejuang nasionalis. Seharusnya perbedaan pendapat diselesaikan dengan argumentasi, bukan dengan kekerasan," tegas Ketua Fraksi PDI Perjuangan.

Namun, Ahmad Basarah merasa bingung saat melihat Ade Armando menggunakan advokasi politik yang dulunya digunakan untuk membela dirinya, kini digunakan untuk menyerang PDI Perjuangan tanpa alasan yang rasional, mirip dengan cara enam orang yang dulu menyerangnya tanpa alasan yang jelas.

"Saya ingin tahu apa yang telah dilakukan PDI Perjuangan yang membuat Ade Armando merasa tersakiti dan melakukan serangan terhadap partai kami. Menurut saya, Ade Armando sekarang menggunakan kekerasan dengan tujuan untuk merusak citra partai politik kami di mata publik," tegas Ahmad Basarah yang juga Wakil Ketua Lakpesdam PBNU.

Seorang doktor dalam bidang hukum lulusan Universitas Diponegoro Semarang ini menunjukkan pertanyaan mendasar kepada Ade Armando, bahwa sesama pejuang nasionalis seharusnya mendukung satu sama lain, bukan saling menyerang hanya karena alasan politik dalam partai tempat mereka berada saat ini.

Ahmad Basarah, yang juga Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Malang Raya, Jawa Timur, mengajak semua elemen masyarakat untuk menjadikan pemilu legislatif dan pemilihan presiden 2024 sebagai momen perayaan demokrasi yang penuh sukacita, kebahagiaan, dan persaudaraan. Dia menekankan perlunya melawan irasionalisme, fitnah, berita palsu, kekerasan fisik, dan kekerasan verbal dalam suasana yang penuh kegembiraan.

"Cara berpolitik yang tidak merugikan orang lain harus menjadi norma yang dimulai oleh para politisi, terutama yang memiliki latar belakang akademis seperti Ade Armando dan lainnya. Politisi akademis dan akademisi politik seharusnya menggunakan politik sebagai alat untuk melayani negara dan masyarakat dengan menjaga persatuan dan kesatuan bangsa," kata Ahmad Basarah. (*)