TIMES KUDUS, JAKARTA – Kota Bangkok, Thailand menjadi sorotan setelah munculnya lubang besar atau sinkhole sedalam 50 meter dan luas mencapai 900 meter persegi yang tiba-tiba menganga di tengah kota Rabu (24/9/2025). Peristiwa ini mengingatkan publik bahwa fenomena geologi tersebut bisa muncul kapan saja, baik karena faktor alam maupun ulah manusia.
Bagaimana Sinkhole Terbentuk?
Dirangkum dari tulisan yang dipublikasikan oleh BBC, Sinkhole biasanya terbentuk di kawasan dengan batuan kapur (limestone) atau kapur tulis (chalk).
Air hujan yang bercampur dengan karbon dioksida dari udara membentuk asam karbonat. Cairan ini kemudian meresap ke dalam tanah dan melarutkan batuan yang berada di bawah permukaan.
Proses ini bisa berlangsung perlahan hingga terbentuk depresi, atau justru berujung pada runtuhan mendadak ketika lapisan tanah di atasnya kehilangan penopang.
Jenis yang paling berbahaya adalah collapse sinkhole atau sinkhole runtuhan. Lubang ini muncul tiba-tiba tanpa tanda-tanda di permukaan.
Salah satu contohnya terjadi di Guatemala pada 2010, saat sebuah sinkhole berdiameter 20 meter dan sedalam 90 meter menelan bangunan serta menewaskan seorang warga. Kasus serupa juga terjadi di Jepang awal tahun 2018 ketika sebuah truk terseret ke dalam lubang besar akibat saluran pembuangan yang jebol.
Selain faktor geologi, aktivitas manusia juga mempercepat terbentuknya sinkhole. Kebocoran pipa air, tambang bawah tanah yang tidak tercatat, atau bekas galian pasir yang ditutup tanpa penguatan memadai bisa memicu tanah amblas.
Dr Andrew Farrant dari British Geological Survey menjelaskan, kebocoran pipa bertekanan tinggi dapat “mencuci” material pasir di bawah permukaan hingga tanah di atasnya runtuh.
Apakah Sinkhole Berbahaya?
Jawabannya: ya. Karena muncul tanpa peringatan, sinkhole dapat menelan kendaraan, rumah, bahkan jalan raya dalam hitungan detik. Geolog memang bisa memprediksi area berisiko tinggi—seperti wilayah dengan batuan kapur—tetapi jika penyebabnya berasal dari infrastruktur air atau tambang lama, prediksinya jauh lebih sulit.
Dr Collins dari Brunel University menekankan bahwa jaringan pipa bawah tanah sulit dipantau karena tertanam dalam. Ketika terjadi kerusakan, perbaikan pun rumit dan sering meninggalkan tanah yang tidak stabil, sehingga potensi sinkhole tetap ada.
“Heavenly Pit” di Tiongkok, Sinkhole Terbesar
Kasus Bangkok pada Rabu kemarin mungkin mengejutkan banyak orang, tetapi fenomena ini bukanlah hal baru. Bahkan, ada sinkhole raksasa yang menjadi objek penelitian dunia: Xiaoxhai Tiankeng di Chongqing, Tiongkok.
Dijuluki The Heavenly Pit atau “Lubang Surga”, formasi geologi ini memiliki kedalaman 660 meter dengan volume 130 juta meter kubik, menjadikannya sinkhole terbesar di dunia.
Lubang ini menyimpan ekosistem unik dengan lebih dari 1.200 spesies flora dan fauna, termasuk pohon ginkgo purba dan macan dahan. Saat musim hujan, air terjun mengalir deras ke dalam pit, memperkaya jaringan sungai bawah tanah di dasarnya.
Meski masyarakat lokal sudah mengenalnya selama berabad-abad, dunia luar baru mengetahui keberadaan Xiaoxhai Tiankeng pada 1994. Hingga kini, para peneliti masih kesulitan memetakan sistem sungai bawah tanahnya yang rumit, menjadikannya salah satu misteri geologi terbesar di Asia.
Pelajaran dari Kasus Bangkok
Peristiwa di Bangkok hari ini kembali mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap kondisi geologi dan infrastruktur bawah tanah. Sinkhole bisa muncul di mana saja, baik di pusat kota modern maupun daerah terpencil. Dengan pemantauan geologi yang tepat dan pengelolaan infrastruktur yang baik, risiko bencana akibat lubang raksasa ini bisa ditekan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Bangkok Sinkhole Jadi Sorotan, Geolog Ungkap Penyebab dan Bahayanya
Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |